Didalam perkembangan ilmu linguistik pastinya kita mengenal seorang ahli bahasa kenamaan yang berasal dari swiss bernama Ferdinand de Saussure. Selain sebagai ahli bahasa dia juga terkenal sebagai filsuf yang terpandang pada zamannya, karena berkat ide-ide cemerlang yang lahir dari pemikirannya banyak yang terpengaruh oleh pemikiran dia. Sebut saja yang terpengaruh oleh pemikiran saussure adalah Levi strauss, dia adalah seorang filsup yang terkenal dengan analisis mitos dengan menggunakan pendekatan strukturalisme. Pemikiran Levi ini tak lain adalah karena adanya pemikiran Saussure tentang teori Sign and signified atau juga oposis biner. Sampai sekarangpun masih banyak orang akademik yang masih menggunakan teori Saussure untuk menganilisis permasalahan-permasalahan yang bersangkutan.
Namun dalam pembahasan ini saya
hanya ingin memaparkan pemikiran Ferdinand De Saussure terhadap bahasa sebagai
kajiannya. Didalam dunia kebahasaan nama Saussure mempunyai kedudukan yang
tinggi, hal itu terjadi karena pemikiran cemerlangnya mengenai bahasa banyak
diterima oleh beberapa pemikir lain tentang bahasa. Kita harus tahu bahwa
sebenarnya pemikiran Saussure ini bisa dibilang sangat mendasar namun daya
pengaruhnya sangatlah luas. Salah satu yang menyebabkan hal itu terjadi mungkin
karena dia seorang filsuf yang mempunyai pemikiran luas, dia tidak berpikir
jangka pendek melainkan jangka panjang dan berpikir secara mendalam mengenai
apa yang harus dipikirkan, dalam hal ini bahasa.
Ferdinand Saussure dianggap sebagai
bapak dari linguistik modern karena pemikirannya mengenai mekanisme bahasa,
artinya dia melihat bahwa untuk mengetahui hakikat bahasa secara mendasar maka
kita harus memulainya dengan melihat bagaimana bahasa itu hidup dan berkembang
dalam kegiatan sehari-hari.
Untuk melihatnya maka Saussure
menawarkan jalan keluarnya dengan memperkenalkan rumusan dikotomi yang terkenal
yaitu:
Langue – parole,
dan
Tautan
sintagmatik – tautan paradigmatic
Dikotomi tersebut termaktub dalam
salah satu buku termasyhurnya yaitu Cours de linguistique generale yang terbit
pada tahun (1916). Dibawah akan dibahasa secara singkat mengenai langage,
Langue dan parole berserta tautan sintagmatik dan paradigmatik.
Istilah pertama yang mungin sudah
anda kenal adalah Langage. Apa itu Langage?. Langage adalah suatu alat yang
sudah ada ketika kita terlahir ke dunia, dengan kata lain sesampainya kita
didunia maka kita dibekali beberapa kemampuan oleh yang maha kuasa dan salah
satunya adalah Langage. Chaer Alwasilah dalam bukunya mengatakan bahwa Langage
adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya
pembawaan. Dengan demikian kita dapati bahwa langage itu adalah sesuatu
anugerah yang diberikan oleh kita dari yang maha kuasa.
Namun untuk menyeimbangi
kemampuannya itu diperlukan juga kesadaran untuk mengetahui bahwa dalam
perkembangannya Langage sangat dipengaruhi oleh alam sekitar dimana kita hidup.
Bukankah kita hidup tidak hanya untuk diam, seperti air yang menggenang menjadi
kuning dan mengeluarkan bau busuk. Oleh karena itu benarlah bahwa pembawaan
langage ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang
(Chaer).
Langue – Parole
Kita sudah mendapati pembahasan mengenai
Langage diatas, sedikitnya kita mengerti bahwa yang ada pada langage masih
sebatas abstraksi saja. Berbeda dengan langage, Langue mungkin berada pada satu
tahap diatas langage, artinya bentuk langue tidak hanya sebatas abstraksi saja
melainkan sudah menjadi sekumpulan totalitas fakta satu bahasa (Chaer). Langue
tidak hanya dimiliki oleh sekumpulan individu namun langue mempunyai pengaruh
untuk membuat individu itu mempunyai kadar yang universal. Kita orang Indonesia
mempunyai satu langue yaitu langue Indonesia, begitu pula dengan bahasa-bahasa
local.
Diatas disebutkan bahwa langue itu
mempunyai kadar yang universal, artinya adalah ada aturan khusus dalam langue
yang diamini oleh orang-orang. Umpanya dalam bahasa Inggris maka kita mempunyai
aturan tata bahasa untuk membuat kalimat, menentukan kata ataupun pengucapan.
Nah aturan itulah yang disebut berkadar universal. Bayangkan kalau orang-orang
Inggris tidak mempunyai aturan dalam berbahasa mungkin tidak akan terjalin
komunikasi, oleh karena itu betul lah bahwa bahasa itu adalah sistem.
Sedangkan yang dinamakan parole
adalah wujud dari langue tadi, jikalau tidak ada langue maka tidak akan ada
parole dan tidak ada langage maka tidak aka nada keduanya. Parole menurut Chaer
adalah ujaran seseorang, yaitu apa yang diucapkan dan apa yang didengar oleh
penanggap ujaran. Dengan demikian, maka parole adalah wujud dari apa yang
langue ucapkan dan bisa teramati oleh para linguis.
Tautan Sintagmatik – Paradigmatik
Menurut Ferdinand de Saussure wujud
semua kalimat itu memiliki hubungan satu sama lain atau rangkain dari
tanda-tanda yang membentuk sebuah kalimat. Tanda-tanda dari kalimat itu
mempunyai fungsinya masing-masing, karena kalau tanda-tanda itu tidak
menempatkannya sesuai dengan rangkaian maka akan terjadi yang namanya tautan
tidak sah (baca:Chaer)
Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi
berikut:
she will go
tomorrow
Kalimat diatas terdiri dari empat
tanda yang mempunyai fungsi dan kedudukan yang berbeda-beda, sehingga jika
keempat tanda itu sudah pas dalam fungsinya makan aka nada suatu pengertian
yang utuh dari kalimat diatas. Perlu digaris bawahi bahwa yang menjadi tautan
sintagmatik dari kalimat diatas diabstraksikan oleh: N + Aux Verb + Main verb +
Adverb. Dan rumusan itu sudah menjadi baku untuk dipakai didalam bahasa
Inggris.
Berbeda lagi kalau kalimat diatas
dirubah menjadi:
Tomorrow go will
zakii
Kalimat diatas tidak sesuai kaidah
tautan yang Saussure katakana, ke empat tanda yang ada dalam kalimat tersebut
tidak menduduki fungsinya yang tepat, oleh karena itu kalimat diatas tidak bisa
kita mengerti secara utuh dan melanggar pola.
Sekarang mari perhatikan lagi contoh
pertama, maka kita dapati bahwa ada empat jenis kata yaitu: she adalah kata
ganti, will dari kata Bantu, go dari kata kerja, tomorrow dari kata keterangan
waktu. Ke empat jenis tersebut dalam suatu struktur tata bahasa mempunyai
tautan-tautan lain-nya yang bisa menggantikan kedudukan mereka dan tautan itu
adalah tautan paradigmatic. She bisa diganti dengan He, will bisa digantik oleh
must, go bisa diganti dengan write dan lain-nya.
Dari pemaparan yang sangat singkat
mengenai Langage, Langue, parole dan tautan sintagmatik – paradigmatik diatas,
maka akan didapati bahwa semua istilah tersebut mempunyai hubungan yang erat,
satu sama lain saling mengisi dan berpengaruh. Tidak akan ada langue bila tidak
ada langage, tidak aka nada parole bila tidak ada langue. Begitu pula dengan
tautan sintagmatik dan paradigmatik. Syukron jiddan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar